Struktur hadis
Secara struktur hadis terdiri atas dua komponen utama yakni sanad/isnad (rantai penutur) dan matan (redaksi).
Contoh: Musaddad mengabari bahwa Yahya menyampaikan sebagaimana diberitakan oleh Syu’bah, dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa dia bersabda:
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri”
(hadis riwayat Bukhari)
Sanad
Sanad ialah rantai penutur/rawi (periwayat) hadis.
Rawi adalah masing-masing orang yang menyampaikan hadis tersebut (dalam contoh di atas: Bukhari, Musaddad, Yahya, Syu’bah, Qatadah dan Anas).
Awal sanad ialah orang yang mencatat hadis tersebut dalam bukunya (kitab hadis); orang ini disebut mudawwin atau mukharrij.
Sanad merupakan rangkaian seluruh penutur itu mulai dari mudawwin hingga mencapai Rasulullah.
Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.
Jika diambil dari contoh sebelumnya maka sanad hadis bersangkutan adalah Al-Bukhari –> Musaddad –> Yahya –> Syu’bah –> Qatadah –> Anas –> Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam Sebuah hadis dapat memiliki beberapa sanad dengan jumlah penutur/rawi yang bervariasi dalam lapisan sanadnya; lapisan dalam sanad disebut dengan thabaqah.
Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam tiap thabaqah sanad akan menentukan derajat hadis tersebut, hal ini dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi hadis.
Jadi yang perlu dicermati dalam memahami hadis terkait dengan sanadnya ialah:
● Keutuhan sanadnya
● Jumlahnya
● Perawi akhirnya
Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam.
Hal ini diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan ilmu pengetahuan lainnya.
Akan tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip hadis–hadis nabawi.
Rawi
Rawi adalah orang-orang yang menyampaikan suatu hadis.
Sifat-sifat rawi yang ideal adalah:
● Bukan pendusta atau tidak dituduh sebagai pendusta
● Tidak banyak salahnya
● Teliti
● Tidak fasik
● Tidak dikenal sebagai orang yang ragu-ragu (peragu)
● Bukan ahli bid’ah
● Kuat ingatannya (hafalannya)
● Tidak sering bertentangan dengan rawi-rawi yang kuat
● Sekurangnya dikenal oleh dua orang ahli hadis pada jamannya.
Sifat-sifat para rawi ini telah dicatat dari zaman ke zaman oleh ahli-ahli hadis yang semasa, dan disalin dan dipelajari oleh ahli-ahli hadis pada masa-masa yang berikutnya hingga ke masa sekarang.
Rawi yang tidak ada catatannya dinamakan maj’hul, dan hadis yang diriwayatkannya tidak boleh diterima.
Dalam buku terjemahan bahasa indonesia sering dijumpai singkatan HR yang merupakan kepanjangan dari Hadis Riwayat.
Sehingga HR. Bukhari bermakna hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Bukhari.
Matan
Matan ialah redaksi dari hadis, dari contoh sebelumnya maka matan hadis bersangkutan ialah:
“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri”
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati dalam mamahami hadis ialah:
● Ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung pada Nabi Muhammad atau bukan,
● Matan hadis itu sendiri dalam hubungannya dengan hadis lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang bertolak belakang).
Klasifikasi hadis
Hadis dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yakni bermulanya ujung sanad, keutuhan rantai sanad, jumlah penutur (rawi) serta tingkat keaslian hadis (dapat diterima atau tidaknya hadis bersangkutan).